KHALIFAH
ABU BAKAR ASH-SHIDDIQ
I.
PERKEMBANGAN
ISLAM PADA MASA KHALIFAH ABU BAKAR RA
A.
Sifat
dan Kepribadian Abu Bakar Ra
Abu Bakar di masa kecilnya bernama Abdullah, ia bergelar Abu Bakar
sebelum beragama Islam dan tetap memakainya setelah masuk Islam.
Sejak masa kanak-kanak ia bersifat satria, jujur, berani serta
rendah hati. Ia suka menolong dan cepat iba hatinya melihat sesama yang
sengsara.
Pada masa kekuasaan Quraisy, ia sering membebaskan dan menebus
harga budak-budak agar hidup merdeka. Terlepas dari belenggu dan cengkraman
sesama manusia. Ini sifat Abu Bakar sejak zaman sebelum Islam. Abu Bakar tidak
sampai sampai hatinya melihat sesuatu peningdasan. Ia memberontak secara
diam-diam terhadap perbudakan dan penindasan dengan berbuat amal dan
tindakan-tindakan yang positif tidak menimbulkan kecurigan pemuka-pemuka
Quraisy.
Pada masa Islam perhatiannya ditujukan kepada kaum muslimin yang
tertindas, terutama pembelaannya terhadap kebenaran Nabi Muhammad saw. Semua
pengikut- pengikut Nabi selalu mendapat pembelaan dan bantuan dari Abu Bakar.
Apa saja yang ia terima dari Nabi tentang wahyu, tentang Islam, selalu
diimaninya setulus hati. Selalu ia benarkan denagn hati yang tulus semua yang
diterimanya dari Rasulullah Saw. Oleh karena itu, maka Nabi saw memberi gelar
Ash-Shiddiq.
Di waktu para shahabat dan pengikut Nabi saw dianiaya ia
membebaskan mereka. Seperi Bilal bin Rabah ditebus oleh Nabi dan dibebaskan
dari perbudakan di saat Bilal dianiaya oleh tuannya.
Abu Bakar secara diam-diam memiliki cara berfikir yang lebih maju
dari pada pemimpin Quraisy lainnya. Kemajuan berfikir Abu Bakar memberi ia
keleluasaan dalam bertindak. Terutama sekali setelah ia bergaul dan menerima Nabi
saw sebagai orang yang diikuti dan dianuti.
Abu Bakar memiliki sikap yang pasti. Ia takut dikecam oleh pemuka
Quraisy. Sifatnya tidak mencoba-coba. Ia beriman kepada Nabi dan keyakinan akal
dan kekuatan rohani. Sehingga tumbuh keyakinan yang tidak goyah dan
terombang-ambing dalam meyakini wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi saw.
Abu Bakar meyakini kenabian Nabi Muhammad saw dengan
sesungguh-sungguhnya dalam peristiwa apapun. Oleh karena itu, ia Mencintai Nabi
saw dan Nabi pun mencintainya. Beliau sudah mendampingi Nabi dalam keadaan suka
dan duka. Abu Bakar sewaktu berada di Mekkah selalu bersama dengan Nabi,
meraasakan apa yang dirasakan Nabi, membantu Nabi memenuhi kebutuhan beliau.
Sewaktu Nabi berhijrah di Madinah Abu Bakar menyertai Nabi bersembunyi di Gua
Tsur, dalam perjalanan hingga tiba di kota Madinah. Beliau pun ikut dalam
beberapa peperangan mendapingi Nabi, Abu Bakar Ash-Shiddiq sangat cinta kepada Nabi,
ia selalu berada di mana saja Nabi saw berada.
Ketika Nabi saw memerlukan biaya untuk membangun mesjid Madinah, Abu
Bakarlah yang pertama-tama menawaarkan hal miliknya untuk pembangunan itu.
Ajaran Islam yang ia terima dari Nabi Muhammad saw, merasuk ke
dalam jiwanya menjadi amal dan perjuangan seumur hidupnya. Ia sederhana dalam
berkata-kata, sederhana dalam berbuat, tetapi tegas dalam tindakan.
Abu
Bakar Sebagai Khalifah
Umat Islam bingun dan bimbang ketika mendengan Nabi Muhammad saw
wafat. Mekkah dan Madinah menjadi goncang di saat iitu.
Berita wafatnya Rasulullah saw sampai ke masjid. Di sana telah
banyak sahabat berkumpul. datangnya berita wafatnya Rasulullah laksana petir
menyambar di siang hari cerah. Abu Bakar waktu itu tidak ada di dalam kota, ia
sedang berpergian. Umar sedang berada di masjid, tetapi dalam keadaan bimbang.
Umar marah-marah apabila mendengar orang menyebut Nabi Muhammad saw telah
wafat. Ia tidak ingin hal itu terjadi. Masih banyak pekerjaan yang akan diselesaikan
oleh Nabi, jadi tidak mungkin Nabi itu wafat saat ini, demikian pemikiran Umar bin
Khattab.
Tetapi beberapa orang sahabat yang masih sadar akal pikirannya,
tidak semata-mata emosi, cepat-cepat mencari Abu Bakar. Untuk memastikan
kebenaran berita ini, hanya Abu Bakar sajalah yang dapat mengatasi. Mereka
menjumpai Abu Bakar lalu menceritakan peristiwa yang sedang hangat dibicarakan
orang. Abu Bakar membuktikan benar-benar Rasulullah telah berpulang ke Rahmatullah.
Abu Bakar telah menyaksikan keadaan Nabi saw sebenarnya, ia pun
keluar menemui umat yang sedang menunggu beliau. Umar bin Khattab dan para
sahabat lainnya masih berada di situ menunggu berita yang sesungguhnya. Walaupun
Umar masih penasaran seakan-akan ingin membantah pula kebenaran berita itu,
namun Abu Bakar dengan tenang meneruskan berita wafatnya Nabi Muhammad saw.
Setelah Abu Bakar menutup maklumat wafatnya Nabi Muhammad saw dengan
membacakan ayat Al-Qur’an Surah Ali-Imran 3: 144, yang berbunyi :
$tBur î£JptèC wÎ) ×Aqßu ôs% ôMn=yz `ÏB Ï&Î#ö7s% ã@ß9$# 4
û'ïÎ*sùr& |N$¨B ÷rr& @ÏFè% ÷Läêö6n=s)R$# #n?tã öNä3Î6»s)ôãr& 4
`tBur ó=Î=s)Zt 4n?tã Ïmøt6É)tã `n=sù §ÛØt ©!$# $\«øx© 3
Ìôfuyur ª!$# tûïÌÅ6»¤±9$# ÇÊÍÍÈ
“Muhammad itu tidak lain
hanyalah seorang Rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul.
Apakah jika Dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)?
Barangsiapa yang berbalik ke belakang, Maka ia tidak dapat mendatangkan
mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi Balasan kepada
orang-orang yang bersyukur.”
Setelah mendengar Abu Bakar membacakan kembali ayat tersebut, umat Islam
kembali menjadi sadar. Umar bin Khattab berubah sama sekali seusai Abu Bakar membacakan
ayat Al-Qur’an itu. Ia tidak berkutik. Ia bahkan roboh dan pingsan. Singa padang
pasir itu lunglai menghadapi kebenaran Al-Qur’an, dan kenyataannya bahwa Nabi
Muhammad saw benar-benar wafat. Barulah ia sadar bahwa ayat tentang wafatnya Rasulullah
saw sudah ditetapkan dalam Al-Qur’anul Karim.
Suasana
menjadi hening semuanya sadar bahwasanya tak mungkin karena mempertahankan
keberangkatan Nabi saw menghadap yang Maha Agung, Allah saw.
Di tengah-tengah kerumunan kaum muslimin yang sudah menjadi tenang
setelah Abu Bakar menyampaikan wafatnya Rasulullah saw, berada pula di sana Abu
Ubaidah yang baru saja mengahadiri pertemuan sahabat-sahabat Anshar telah
berhasil menunjuk Sa’ad bin Ubaidah sebagai salah seorang calon. Umar bin Khattab
yang sudah sadar bahwa Nabi saw telah wafat mencegah terjadinya dua orang
pemimpin Islam pengganti Nabi, yakni keinginan sahabat Anshar dan Muhajirin
yang bermaksud masing-masing memiliki pemimpin sendiri.
Di saat memuncaknya pertikaian sahabat Anshar dan Muhajirin tentang
kepemimpinan yang mereka inginkan. Dan setelah Abu Bakar memberi penjelasan
tentang kelebihan masing-masing: Umar bin Khattab pun maju menjabat tangan Abu
Bakar ra, langsung melantiknya menjadi Khalifah.
Umat memang yang sudah mempunyai pengaruh di antara Muhajirin dan Anshar
tanpa ragu-ragu membai’at Abu Bakar ra dengan penuh kepercayaan atas nama umat.
Semuanya menyetujui dan menerima pengangkatan itu. Mulai saat itu Abu Bakar Ash-Shiddiq
resmi menjadi khalifah, sebagai pemipin umat Islam penerus tugas da’wah Islam.
Kericuhan dapat diselesaikan dan terelakkan. Solidaritas Islam terpelihara dan
ukhuwah islamiyah dijunjung tinggi.
B.
USAHA-USAHA
ABU BAKAR RA
Usaha Abu Bakar yang pertama kali
ialah mengatur organisasi dan administrasi pemerintahan yang dianggapnya sangat
penting dalam membantu lancarnya kekhalifaan. Di antaranya ialah pengaturan
upah pegawai pemerintahan, pajak bagi orang-orang yang bukan Islam tetapi
bernaung pada pemerintahan Islam. Memperhatikan nasib angkatan bersenjata dan
menata kembali tugas-tugas dan meningkatkan kemampuan dan daya juang, serta
latihan-latihan kemiliteran.
C.
MENUMPAS
ORANG-ORANG YANG MURTAD
Di awal pemerintah khalifah Abu
Bakar, beberapa Suku Arab yang masuk Islam karena terpaksa situasi. Mereka
merasa takut karena banyak-banyak suku lain yang telah manjadi pengikut setia Nabi
Muhammad saw mereka pun ikut-ikut karena khawatir dikucilkan oleh masyarakat Islam
yang sudah menjadi besar saat itu.
Disampaing itu ada juga yang
masuk Islam karena malu kepada Nabi saw, yang dulu pernah meraka hina, kini
menjadi pemimpin bangsa Arab seluruhnya.
Orang-orang ini bermacam-macam
kabilah, ketika mengetahui Nabi saw telah wafat mereka pun kembali kepada agama
dan kepercayaan jahiliyah (murtad).
a.
Mereka
sudah tidak lagi memenuhi kewajiban membayar zakat seperti pernah mereka taati
sewaktu hidupnya Nabi saw.
b.
Mereka
menganggap nama Islam adalah kekuasaan suku Quraisy yang memaksakan mereka.
c.
pada
waktu itu timbul Nabi palsu yang melemahkan pendirian mereka yang memang masih
lemah.
Menghadapi
kaum murtad ini Abu Bakar bersikap tegas. Ia tidak menunda-nunda waktu, langsung
menumpas orang-orang murtad itu sampai keakar-akarnya. Kewibawaan Islam dikukuhkan
kembali. Arabia tetap tunduk kepada khalifah dengan ibu negara Madinah.
II. KEMAJUAN-KEMAJUAN ISLAM DI MASA KHALIFAH ABU BAKAR
Masa kekhalifaan Abu Bakar
Ash-Siddiq ra, adalah masa yang paling sulit dan menentukan kelancaran da’wa Islam
di kemudian hari. Ia menghadapi beberapa pemberontakan dan penyesatan iman Islam.
Di samping keretakan di antara golongan yang ada dan sangat mempengaruhi
stabilitas negara dan idiologi Islam.
Tumbuhnya nabi-nabi palsu di masa
itu mengakibatkan khalifah mensita waktunya untuk menghacurkan nabi-nabi palsu
dengan bala tentaranya masing-masing. Akibatnya banyak shahabat yang gugur,
termasuk para sahabat penghafal Al-Qur’an yang ikut berperang melawan nabi-nabi
palsu itu. Terutama ketika pertempuran Yamamah menghadapi Musailamah al Kazzab
(Musailamah si pendusta) yang mengaku menjadi Nabi. Waktu itu banyak para
sahabat penghafal Al-Qur’an yang gugur.
Kekhawatiran makin berkurang pada
hafidz akibat syahidnya mereka menjadi medan jihad, ada pula yang semakin tua
sehingga hafalan mereka pun menyusut, maka sahabat Umar bin Khattab meminta
perhatian Abu Bakar (khalifah 1) agar berikhtiar menjaga kesucian kitab suci Al-Qur’an.
A.
PENGUMPULAN
AYAT-AYAT AL-QUR’AN
Usaha mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur’an dari catatan-catatan yang
masih tersebar di tangan para shahabat, terutama catatan dari sekertaris Nabi
saw, yang sejak turunnya Al-Qur’an dipercayakan oleh Nabi saw untuk mencatat
ayat-ayat yang turun. Catatan ayat-ayat Al-Qur’an ini sejak awal diserahkan
kepada sahabat Zaid bin Tsabit (sekertaris Nabi saw). catatan-catatan itu bisa
ditemukan di pelapah-pelapah kurma, Kulit-kulit binatang dan lain-lain yang
masih tersimpan lengkap oleh Zaid bin Tsabit.
Selain
itu, para sahabat pengahafal Al-Qur’an yang masih hidup dapat menguji kebenaran
cataan-catatan yang masih ada, dicocokkan dengan hafalan para hafidz tersebut.
Dengan cara-cara seperti ini kesucian dak keautentikan al-qur’an terpelihara
dengan rapi.
Khalifah Abu Bakar setelah
mengadakan rapat musyawarah dengan sahabat-sahabat yang pernah ditugaskan oleh Nabi
saw mencatat dan menghafal ayat-ayat Al-Qur’an. Putusannya adalah agar
secepatnya menghimpun kembali ayat-ayat Al-Qur’an menjadi suatu mushaf. Pedoman pelaksanaanya
sesuai dengan petunjuk-petunjuk yang pernah dilaksanakan di masa Nabi saw.
Dengan sangat hati-hati Zaid bin Tsabit, dan para sahabat dapat menyelesaikan
tugasnya dalam tempo satu tahun.
Itulah mushaf pertama dalam Islam. Mushaf ini disimpan oleh Abu
Bakar. Setelah Abu bakar Wafat disimpan oleh khalifat Umar bin Khattab.
B.
USAHA
PERLUASAN PENYEBARAN AGAMA ISLAM
1.
Meneruskan
ekspedisi Usamah bin Zaid ke Mut’ah menaklukkan Romawi. Ekspedisi Usmah ini
berhenti setelah mendengar Nabi saw wafat. Pasukan Zaid dikirim oleh Abu Bakar ke
Balqa’ dekat Mut’ah Romawi. tentara Islam mendapat kemenangan setelah bertempur
selama empat puluh hari.
2.
Ekspedisi
kedua ke Irak. Jendral Khalid bin Walid sebagai penglima perangnya. Khalid dapat
menguasai Irak, sedangkan tentara Persia yang menguasai Irak dapat
diporak-porandakan oleh Khalik. Kota Hirah dan Anbar dapat dikuasai tentara Islam.
3.
Ekspedisi
ke Syiria, dipimpi oleh empat orang panglima, yakni Amr bin Ash menuju Palestina,
Pemimpin Yazid bin Abu Sofyan menuju Damaskus.
Pimpinan Abu Ubaidah menuju Hims.
Pimpinan Syarahbil bin Hasamah menuju Yordania. Jumlah seluruh
tentara Islam 36.000 personel.
Pasukan Islam yang sedang berkumpul
di Yarmuk mendengar berita, bahwa tentara Syiria sedang bergerak menuju Yarmuk,
atas perinta Heraclius untuk mengempur tentara Islam. Jumlah tentara Syiria 80.000
personel di bawah pimpinan Mahan
Al-Armani. Tentara Syiah ini pun di bantu oleh 60.000 personel dari
pasukan kerajaan Ghassaniah, di tambah pula dengan pasukan Romawi.
Panglima Khalid bin Walid rupanya
tidak gentar menghadapi kekuatan lawan yang berkali lipat itu, setelah khalifah
menunjuknya strategi. Tentara Islam dibagi dalam empat posisi untuk beberapa
penjuru medan, siasat ini berhasil dan tentara Islam menang.
Sementara pertempuran sedang
berlangsung terdengar berita khalifah Abu Bakar wafat dan Umar bin Khattab di
angkat menjadi khalifat. Khalid pun di ganti oleh Ubaidah.
Khalifah Abu Bakar wafat pada tahun
13 H dalam usia 63 tahun. Khalifah di makamkan bersebelahan makam Rasulullah saw
di Madinah.
KHALIFAH UMAR BIN KHATTAB
A. SIFAT DAN KEPRIBADIAN UMAR BIN KHATTAB
Umar dilahirkan pada tahun 586 M
dari keluarga Quraisy keturunan Addyah. Ia bergelar Abu Hafs. Setelah menjadi
pengikut Rasulullah saw ia digelari nama Al-Faruq (Umar Al-Faruq).
Masa remajanya ia terkenal dengan keterampilan bela diri (bergulat)
dan mahir berpidato. Ia juga terampil menggunakan alat-alat perang, seperti
panah, pedang. Cekatan di atas kuda, sangat berani dan tangkas.
Umar masuk Islam tidak secara kebetulan, akan tetapi ia mempelajari
sifat-sifat Muhammad dan mengenal pribadi Nabi saw dengan baik. Umar termasuk
orang yang mengenal huruf (membaca dan menulis) oleh karena itu ia tahu benar
sifat dan pribadi seseorang, jujur dan dusta, kuat dan lemah, baik kawan atau lawan.
Dengan demikian tidak mustahir Umar faham benar Sastra Arab, Puisi dan
Prosanya. Inilah salah satu sebab ia masuk Islam setelah medengar adiknya masuk
islam dan kebetulan sedang mencarinya dan menemukan adiknya sedang membaca
beberapa ayat Al-Qur’an (awal dari Surah
Ath-Thoha). Ayat ini rupanya telah menggerakkan hatinya lalu menjumpai Rasulullah
yang sedang mengajarkan ajaran Islam di darul Arqam (rumah salah seorang
sahabat yang bernama Arqam bin abil Arqam).
Umar sangat berkemauan keras, cerdas, dan cepat bertindak. Apa yang
ia inginkan cepat dilaksanakan. Suka membela kebenaran dan berani tampil
membela sesuatu yang telah ia yakini kebenarannya. Inilah sebabnya mengapa
ketika ia hijrah diumumkan sendiri di depan orang-orang Quraisy.
B.
USAHA
PERLUASAN DAERAH ISLAM MASA KHALIFAH UMAR BIN KHATTAB
Seperti Abu Bakar ra, maka Umar bin Khattab sebagai khalifat
pengganti Abu Bakar, tetap meneruskan program politik Abu Bakar Ash-Shiddiq.
Dalam waktu singkat Umar daat menaklukkan dua negara adikuasa waktu itu yakni Romawi
dan Persi.
Umar bin Khattab mengaku jabatan khalifah mulai tahun 13 H sampai
denagn 23 H.
Daerah
penaklukkan Islam pada zaman Umar bin Khattab antara lain:
1.
Ekspedisi
ke Persia, di bawah pimpinan Sa’ad bin Abi Waqash dengan 8.000 personel
berhadapan dengan kekuatan Persia yang penglima perannya yang bernama Rustam.
Pasukan Persia berjumlah 30.000 personel. Pasukan Islam dengan semangat iman
dan jihat Islam bertempur habis-habisan karena jumlah yang tidak seimbang.
Namun demikian tentara Islam memperoleh kemenangan.
Ekspedisi pesukan Islam ke Persia di
lanjutkan oleh panglima Nu’man Muqarrin Al- Mazani dan menaklukkan beberapa
kota penting. Boleh di katakan seluruh Persia telah jatuh ketangan umat Islam.
2.
Ekspedisi
ke Romawi
Theodore, saudara laki-laki Hercules
pada tahun 13, bersama 100.000 anak buahnya tentara Romawi dan suatu tempat
yang bernama Ajnadin, berhadapan dengan pasukan Islam, dengan jumlah 30.000
personel. Tentara romawi dapat di kalahkan, lari meninggalkan mayat tentara
Romawi berjumlah 50.000 orang.
3.
Ekspedisi
ke Mesir
Ekspedisi tentara Islam ke Mesir bukan
tanpa perhitungan. Sejak zaman khalifah Abu Bakar pun niat untuk memperluas Islam
ke mesir sudah di persiapkan. Karena penaklukan Mesir mempunyai arti yang besar
bagi perkembangan agama Islam di
kemudian hari. Selain itu Mesir adalah negara kaya hasil gandum dan beras.
Menaklukkan Mesir berarti akan membawa kesejahteraan bagi umat islam. di Mesir mengalir
Sungai Nil yang membawa kelimpiahan reseki, dan limbun kemakmuran.
Bangsa
Romawi sudah menaklukkan Mesir sejak 30 tahun sebelum Masehi di masa Kaisar
Agustus.
Pasukan Islam di waktu menyerbu Mesir
dipimpin oleh Jendral Amru bin Ash dengan membawa 4000 tentara. Selama tujuh
bulan benteng Fustat di Mesir dikepung Amru bersama tentara Islam, dan dapat
direbut. Kota Iskandaria pun dapat direbut oleh tentara Islam, pada tahun 20
H/640 M, seluruh wilayah Mesir dikuasai
oleh tentara Islam.
C. KEMAJUAN-KEMAJUAN DALAM BIDANG KEMASYARAKATAN DI MASA KHALIFAH
UMAR.
Khalifah Umar bin Khattab adalah
sumber dari beberapa tatanan administrasi pemerintahan negara. Umarlah yang
mulai mengatur sistem pemerintahan Islam. Politik dan demokrasi, administrasi
dan pembagian daerah, serta peraturan-peraturan hubungan antara pusat
pemerintahan dengan daerah-daerah.
Di masa khalfah Umar bin Khattab ditentukan
jawatan yang mengurus masalah keamanan masyarakat, yakni kepolisian. Penataan kependudukan
dan sensus penduduk pun di laksanakan.
Khalifah Umar jualah yang mulai
merencanakan adanya sistem almanak menurut Tahun Qomariah (Tahun Hijriah).
Pengatur kembali lembaga
yudikatif (kehakiman) dan pengangkatan hakim di daerah-daerah yang dipisahkan
dari kekuasaan gubernur (ekskekutif). Khalifah Umar pun telah memakai sistem
majlis syurah, sebagi lembaga perwakilan rakyat (legislatif).
Di mulai pula perkenalan mata
uang, dan bea masuk bagi import barang. Bidang kesehatan pun diperhatikan.
Hubungan antara satu daerah
dengan daerah lain, dan antara negara dan diperhatikan dengan membuka kantor
pos. Diadakan pula pasukan penjaga pembatasan negara dan membangun asrama
tentara.
Di samping itu Masjidil Haram
makin diperluas karena umat Islam semakain
banyak.
KHALIFAH USTMAN BIN AFFAN RA
A.
Sifat
dan pribadi ustman bin affan
Ustman bin Affan ra adalah salah seorang sahabat Nabi saw yang
terdekat. Karena ia adalah di antara sahabat utama dan orang pertama yang
mengikuti penggilan Nabi kepada Islam.
Ustman lahir pada tahun 573 M, yakni
lima tahun sebelum Nabi saw lahir. Gelarnya sebelum Islam adalah Abu Amar.
Setelah Islam ia digelari Zun Nuraini, karena ia mengawini anak perempuan Rasulullah
saw.
Masuknya Islam Ustman bin Affan melalui mimpi, karena di waktu
tidurnya terdengar panggilan untuknya: “bangunlah, hai orang yang sedang tidur,
Ahmad sudah lahir di Mekkah”. Di saat itu Muhammad saw telah menyiarkan Islam.
Ia yakin pada mimpinya itu. Langsung saja ia menyatakan Keislamannya itu kepada
Nabi saw.
Ustman bi Affan adalah orang yang
sangat perasa. Kemanusiaannya sangat kuat. Ia taat, rajin beribadah dan jujur.
Sederhana adalah kebiasaan hidupnya, walaupun ia termasuk hartawan.
Ustman sangat memperhatikan keadaan ekonomi umat Islam. Ia sendiri
adalah saudagar yang sukses. Ia sanagt cinta kepada saudara-saudaranya sesama Islam,
ia memberikan segala-galanya untuk islam, bahkan jiwanya sendiri.
Kesadaran agama yang sangat tinggi,
solidaritas sosial pun demikian. Pembelaannya terhadap Nabi dan Islam dilaksanakan
dengan penuh ikhlas sampai akhir hayatnya.
Walaupun telah menjadi khalifah ia
tidak mengambil bagian upah untuk dirinya. Ia termasuk hartawan dan ahli
ekonomi pada masa itu. Ia mengunakan sebagian besar hartanya untuk pembiayaan
tentara Islam dan pembangunan masyarakat Islam. Ia telah memberikan untuk
kelengkapan tentara islam 950 unta dan uang 1000 dihram. Untuk pembangunan dan
kesejahteraan umat Islam ia telah menyerahkan 20.000 dihram.
Sahabat Ustman bin Affan, terpilih
menjadi khalifah di antaranya enam orang calon. Keenam calon itu sendiri saling
mencalonkan diantara mereka, karena masing-masing tidak berambisi untuk menjadi
khalifah. Keenam calon ini dipersiapkan oleh kahlifah ke 2 (Umar bin Khattab)
sebelum ia wafat. Keenam calon kahlifah itu di antaranya, Ali bin Abi Thalib, Ustman
bin Affan, Sa’ad bin Abi Waqash, Talhah bin Ubaidillah, dan Abudurrahman bin Auf.
Karena saling menunjuk dan menunggu, maka sahabat Abudurrahman bin Auf mengambil
kebijaksanaan untuk bermusyawarah dan memberi wewenang kepadanya untuk
menentukan. Ia pun bermusyawarah dengan beberapa sahabat terkemuka lainnya.
Akhirnya semua sahabat bersama enam orang calon mufakat mengangkat Ustman bin Affan
sebagai khalifah ke 3 (24 H-35H)
B.
PERKEMBANGAN DAN PERLUASAN DAERAH ISLAM DI MASA KHALIAFAH USMAN BIN
AFFAN
1.
Mempertahankan
Wilayah
Ketika khalifah Umar meninggal timbul
pemberontakan di beberapa wilayah kekuasaan Islam, yakni Persia dan Mesir.
Khalifah Ustman bertekad akan tetap mempertahankan wilayah kekuasaan Islam itu
telah dicapai pada masa khalifah ke 2.
Setelah enam bulan khalifah ke 2 wafat, timbul pemberontakan di Persia.
Raja Persia yang bernama Yazdeyird, yang sedang berada di pembuangan, telah
menghasut sisa-sisa jendral Persia yang belum tunduk kepada Islam untuk
memberontak.
Khalifah ke 3 (Ustman bin Affan) dalam menghadapi pemberontakan
bersifat tegas mempertahankan wilayah kekuasaan Islam. Pemberontakan Persia dipadamkan
dengan tangan besi, sehingga wilayah kekuasaan Islam ini utuh kembali. Bahkan
beberapa daerah di sekitar persia seperti Turkistan, Afganistan, Armenia,
tunduk dan masuk menjadi wilayah Islam.
Setelah Pesia dapat dipulihkan kembali, Romawi yang dibantu tentara
Persia, rupanya berkeinginan merebut kembali Mesir dari tangan Islam. Tahun ke
26 H/646 M serdadu Romawi menyerbu mesir dan mendarat di pelabuhan Iskandaria.
Mereka dapat menguasai kota itu kembali. Jendral Amru bin Ash bertindak cepat,
sehigga kota pelabuhan Iskandaria dapat direbut kembali . kekuasaan wilayah Mesir
pun tetap utuh.
Di samping dapat mempertahanlan Mesir, khalifah menggerakkan
angkatan lautnya di bawah pimpinan Muawiyah bin Abi Sofyan menguasai beberapa
wilayah di Afrika. Beberapa daerah Afrika dapat direbut sampai ke Tripoli
(sekarang ibu kota Libia)
Ekspedisi Abi Sofyan pun menguasai pulau Cyprus, yang akhirnya
masuk ke wilayah kekuasaan Islam.
2.
Ekspansi
wilayah Islam
Pada masa kekuasaan khalifah Ustman bin Affan kekuasaan Islam sudah
terbentang dari Afrika melalui Romawi hingga wilayah Asia, Persia, Turki, Afganistan
dan pulau Cyprus. Kelak dari wilayah-wilayah inilah Islam akan tersebar ke
seluruh plosok dunia. Dari Mesir menyebar ke seluruh Afrika. Dari Persia (Irak sekarang),
Turki menyebar ke Rusia, India dan Indonesia. Dari Romawi menembus wilayah
negara-negara Barat, kearah pegunungan Pirinea masuk dan menguasai wilayah Spanyol.
Pada masa khalifah Ustman itu
pula mulai diperkenalkan armada laut Islam yang kan memperkuat angkatan
perang Islam dan melancarkan ekspansi wilayah kekuasaan Islam.
3.
Kemajuan
di Masa Pemerintahan Khalifat Ustman bin Affan
a.
Mushaf
Ustmani
Kemajuan yang paling menonjol di masa khalifah Ustman bin Affan
ialah membukukan Al-Qur’an setelah terhimpun pada masa khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq
Himpunan ayat-ayat Al-Qur’an pada masa khalifah Ustman bin Affan disesuaikan
dengan aslinya paa waktu Nabi Muhammad saw, yang telah dimulai sejak masa
khalifah pertama.
Pembukuan Al-Qur’an, berhubungan pula dengan terjadinya perbedaan
dialeg pembacaan Al-Qur’an antara masyarakat Arab dan bermacam-macam daerah dan
wilayah di luar Arab.
Maka dibukukanlah oleh khalifah Ustman bin Affan bersama para ahli
dari golongan sahabat agar pembecaan ayat-ayat Al-Qur’an, dapat disegerakan di
antara wilayah kekuasaan Islam yang telah berkembang.
Khalifah meminta kumpulan tulisan Al-Qur’an yang sudah terhimpun di
masa Abu Bakar yang sementara di simpan di rumah istri Rasulullah Sayidah Hafsa
ra. Inilah naskah autentik yang ada.
Naskah autenttik ini perintahkan agar disalin kembali menjadi tujuh
buah kitab yang serupa. Tugas ini dipikulkan kepada Zaid bin Tsabit, abdullah
bin zubair, Sa’id bin Ash dan Abdurrahman bin Harits sebagai team penyalin.
Ketujuh kitab ini dikirimkan oleh khalifah ke pusat-pusat
pemerintah daerah, seperti Kufah, Syam, dan daerah-daerah luar Arab lainnya.
Kumpulan ayat-ayat dari naskah outentik ini terkenal dengan nama
Mushhaf Ustmani
b.
Bidang
kemasyarakatan
Khalifah ke 3 ini, tidak merubah sistem pemerintah di masa umar bin
khattab. Majlis Syurah dipertahankan. Demikian juga beberapa depatemen sejak
zaman khaliafah Umar tetap berjalan seperti biasa.
Pembangunan di masa utsman bin affan juga di tambah. Jalan-jalan
ditambah dan diperluas. Kota-kota diperindah. Ilmu pengetahuan berkembang
dengan masuknya buku-buku ilmu pengetahuan dari Romawi dan Persi. Perdagangan
pesat, sehingga di bangunlah rumah-rumah penginapan untuk tempat bermalam
pedagang-pedagang dan tamu-tamu.
Untuk melindungi kota Madinah dari banjir di buatkan waduk. Untuk
pertanian, dibangun pula saluran air, di dalam kota Madinah.
KHALIFAH ALI BIN ABI THALIB
A.
SIFAT
DAN KEPRIIBADIAN ALI BIN ABU THALIB
Khalifah
keempat ini adalah anak dari paman Nabi
Muhammad saw. Nama lengkapnya adalah Ali bin Abi Thalib bin Hasyim. Ali bin abi
Thalib dilahirkan sepuluh tahun sebelum kenabian Nabi Muhammad. Nama panggilan
ketika kecil adalah Abu Thurab.
Ali
tinggal bersama Nabi saw dalam pengasuhan Abu Thalib. Selanjutnya setelah Abu
Thalib wafat ia langsung diwabah asuhan Nabi Muhammad saw. Rasulullah sangat
mencintai ali Sebagai anaknya sendiri.
Ali
bin Abi Thalib lahir pada tahun ke-32 H. Ketika Rasulullah setelah diangkat
jadi Nabi, Ali berusia delapan tahun, maka ali adalah pemudah pertama pengikut
nabi saw.
Ali
bin Abi Thalib tentu saja pemuda yang
bersih dan tidak mengenal ajaran-ajaran Jahiliyah. Pada waktu itu ali berusia
13 tahun. Ia adalah orang yang pertama-tama mendirikan shalat bersama Nabi. Ia
tumbuh menjadi dewasa dalam didikan dan asuhan Nabi saw. Ali mengenal sekali
pribadi dan sifat Nabi saw serta kehidupan Nabi saw sehari-hari. Sehingga boleh
dikatakan ia mendapat berkat dari jiwa Rasulullah saw baik itu watak dan
jiwanya, tingkah laku dan sifatnya tercermin dari hidupnya Nabi saw.
Sifatnya
sederhana dan suka berusaha sendiri untuk memperoleh nafkah beliau mengajarkan
bermacam-macam usaha.
Sifatnya
sangat tabah, tetapi selalu waspada dan bertanggung jawab. Ia termasuk pemuda
yang shaleh dan cerdas. Ia menguasai beberapa ilmu pengetahuan, dan banyak
menghafal hadis-hadis Rasulullah saw. Demikian juga beliau ahli dalam
menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an.
Karena
keahliannya dalam berbagai bidang ilmu, maka ia mendapat gelar “Babul Ilm”
(gerbang ilmu pengetahuan).
Ali
bin Abi Thalib termasuk pemuda yang pemberani, kokoh tubuhnya dan kuat jiwanya,
rendah hatinya dan pemaaf. Dalam pertempuran bersama Nabi saw ia selalu berada
di samping Nabi saw, langsung menjadi perisai Rasulullah saw. Dalam beberapa
pertempuran Ali bin Abi Thalib lebih suka mengadakan perang tanding satu lawan
satu.
B.
KEMAJUAN
ISLAM DI MASA KHALIFAH ALI BIN ABI THALIB
1.
Menyempurnakan Hasil Usaha Khalifah Utsman bin Affan
Masa khalifah Ali bin Abi Thalib ditandai dengan
pemberontakan-pemberontakan yang dahsyat. Ia tetap melanjutkan program perjuangan di waktu khalifah ke 3.
Bahkan penyebaran Islam di luar tanah Arab dilaksanakannya memasuki negeri Industan
(India).
Walaupun tidak banyak kemajuan pembangaunan Islam pada masa Ali bin
Abi Thalib karena kesibukan menghadapai pemberontakan dalam Negeri Islam,
khalifah tetap mempertahankan kemajuan yang telah dicapai pada masa Utsman bin Affan.
Khalifah Ali bin Abi Thalib pun telah berusaha memadamkan beberapa
pemberontakan yang terus menerus dari orang-orang yang berambisi menggantikan
beliau, dan orang-orang munafik, namun pemberontakan semakin meluas karena
ambisi dan kedengkian.
Pada masa itu telah timbul pula golongan-golongan dalam negeri Islam
sendiri yang pro dan kontra terhadap pemerintahan khalifah Ali bin Abi thalib.di
antara ketiga golongan itu adalah golongan Ali sendiri, golongan Mu’awiyah dan
golongan Aisyah. Ketiga golongan ini saling bertentangan satu sama lainnya.
Meskipun demikian golongan Aisyah dapat dilumpuhkan oleh Ali. Selanjutnya dalam
masa yang sangat panjang pertentangan terjadi antara golongan Ali bin Abi
Thalib dan golongan Mu’awiyah.
2.
Waqatul jamal
Adapun pemberontakan yang dipimpin Aisyah, Thalhah dan Zubair,
maksudnya ialah meminta kepada khalifah Ali bin Abi Thalib agar terbunuhnya Ustman
bin Affan sewaktu ia menjadi khalifah ke 3 secepatnya diadili oleh khalifah Ali.
Tetapi salah faham tentang hal itu sehingga berhadapanlah tentara ali dangan
pasukan Aisyah di kota Bashrah (syiria). Pertempuran ini dikenal dengan
waqqatul Jamal (perang unta) karena Siti aisyah dalam pertempuran itu menunggang
Unta. Pertempuran ini dimenangkan oleh tentara Ali bin Abi thalib. Siti Aisyah diselamatjan
dan diantar dengan penuh kehormatan kembali ke Mekkah.
3.
Peran Siffin
Pertempuran
Siffin ini terjadi di Syiria. Karena Siffin adalah termasuk daerah Syiriah.
Peperangan
ini pun sifatnya dan sebabnya sama dengan perang jamal. Khalifah Ali memenagkan
pertempuran ini. Akan tetapi Mu’awiyah meminta agar khalifah menempuh jalan
perdamaian. Usul ini diterima oleh khalifah Ali demi persatuan Islam. Tetapi
sayang sekali usul perdamaian ini hanya tipu muslihat Mu’awiyah saja. Khalifah Ali
bin Abi Thalib sebagai seorang yang shaleh dan memang sejak semula tidak
berambisi menjadi khalifah menerima begitu saja. Mu’awiyah pun diangkat menjadi
khalifah diantara suasana-suasana terpecah-pecahnya umat Islam.
4.
Sepeninggal Ali bin Abi Thalib
Khalifah Ali sendiri wafat di Kufah waktu diserang oleh kaum
pemberontak yakni kaum Khawarij di saat itu beliau akan berangkan shalat subuh.
Karena luka-luka yang di deritanya khalifah Ali tewas pada tanggal 17 Ramadhan tahun
40 H/660M, setelah memerintah selama 6 tahun.
Setelah wafatnya khalifah Ali bin Abi Thalib, dunia Islam terpecah-pecah
oleh kekuatan politik yang memilkirkan kepentingan dan golongan sendiri.
Meskipun setelah wafatnya khalifah ke empat itu, telah di angkat
pula penggantinga yaitu khalifah Hasan bin Ali, namun situasi dan kondisi sudah
cukup parah. Karena khalifah hasan pun memperoleh nasib yang sama dengan
ayahnya.
Golongan politik yang saling bertentangan, dan saling mencari pengaruh
waktu itu antara lain kaum Khawarij yang melawan Mu’awiyah dan tidak menganggap
Mu’awiyah sebagi khalifah.
Golongan Syiah sebagai pendukung Ali bin Abi Thalib. Golongan yang
hanya menganggap keturunan Ali bin Abi Thalib sajalah yang patut menduduki
kekhalifaan.
Golongan Murji’ah yang hanya mendukung Mu’awiyah dan turunan bani
Ummayah yang berhak menjadi khalifah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar