Minggu, 05 Oktober 2014

Sejarah Kelahiran Rasulullah hingga Menikahi Khadijah



SEJARAH KELAHIRAN NABI MUHAMMAD HINGGA MENIKAHI KHADIJAH
Di kala umat manusia dalam kegelapan dan kehilangan pendangan hidupnya, lahirlah ke dunia dari keluarga yang sederhana di kota Mekah. Seorang bayi yang kelak membawa perubahan besar bagi sejarah peradaban dunia. Bayi itu yatim, bapaknya yang bernama Abdullah meninggal lebih kurang 7 bulan sebelum dia lahir. Kelahiran bayi itu disambut oleh kakeknya Abdul Muthalib dengan penuh kasih sayang dan kemudian bayi itu dibawanya ke kaki Ka’bah. Di tempat suci inilah bayi itu diberi nama Muhammad, suatu nama yang belum pernah ada sebelumnya. Menurut penanggalan para ahli, kelahiran Muhammad itu pada tanggal 12 Rabi’ulawal tahun Gajah atau tanggal 20 April tahun 571 M.
Adapun sebab dinamakan tahun kelahiran nabi itu tahun Gajah, karena pada tahun itu, kota Mekah diserang oleh suatu pasukan tentara orang Nasrani yang kuat di bawah pimpinan Abrahah, gubernur dari kerajaan Nasrani Abessina, yang memerintah di Yaman, dan mereka bermaksud menghancurkan Ka’bah. Pada waktu itu Abrahah berkendaraan gajah. Belum lagi maksud mereka tercapai, mereka sudah dihancurkan oleh Allah. Dengan mengirimkan burung Ababil. Oleh karena pasukan itu menggunakan gajah, maka orang Arab menamakan bala tentara itu pasukan bergajah, sedang tahun terjadinya peristiwa itu di sebut tahun Gajah.
Nabi Muhammad adalah Saw. adalah keturunan dari Qushai pahlawan suku Quraisy yang telah berhasil menggulungkan kekuasaan Khuza’ah atas kota Mekah, ayahnya bernama Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdulmanaf bin Qushai bin Kilab bin Murrah dari golongan Arab Bani Ismail. Ibunya bernama AMINAH binti Wahab bin Abdulmanaf bin Zuhra bin Kilab bin Murrah.
Sudah menjadi kebiasaan orang-orang Arab kota Mekah, teritama paa orang-orang yang bergolong bansawan, menyusukan dan menitipkan bayi-bayi mereka kepada wanita-wanita badiyah (dusun di padang pasir) agar bayi-bayi itu dapat menghirup hawa yang bersih, terhindar dari penyakit-penyakit kota dan supaya bayi-bayi itu dapat berbicara dengan bahasa yang murni dan fasih. Demikianlah dengan Nabi Muhammad Saw. beliau diserahkan oleh ibunya kepada seorang perempuan baik dari bani Sa’ad kabilah Khawazin, tepatnya tidak jauh dari kota Mekah. Di perkampungan Bani Sa’ad inilah Nabi Muhammad Saw. Diasuh dan dibesarkan sampai berusia lima tahun.
Sesudah berusia lima taun, Muhammad Saw. Diantarkannya ke Mekah kembali kepada Ibunya, St. Aminah. Setahun kemudian yaitu sesudah ia berusia 6 tahun, beliau dibawa oelh ibunya ke Madinah, bersama-sama dengan Ummu Aiman, sahaya peninggalan Ayahnya. Maksud membawa nabi ke Madinah. Pertama, untuk memperkenalkan ia kepada keluara neneknya Bani Najjar dan kedua untuk menziarahi makam ayahnya. Mereka tinggal di situ kira-kira satu bulan, kemudian pulang kembali ke Mekah. Dalam perjalanan mereka pulang, pada suatu tempat, Abwa’ namanya (abwa’ ialah nama suatu desa yang terletak antara Madinah dan Juhfah, kira-kira sejauh 23 mil di selatan kota Madinah), tiba-tiba Aminah jatuh akit sehingga meninggal an di makamkan di situ juga.betapa sedih hati Muhammad, dari kecil ta mengenal ayahnya kini harus berpisah pula dengan ibunya.
Seterlah selesai pemakaman ibunya, Nabi Muhammad Saw, nabi Muhammad Saw. Segera meninggalkan kampung Abwa’ itu kembali ke Mekah dan tinggal bersama-sama kakeknya Abdul Muthalib.
Di sinilah Nabi Muhammad diasuh sendiri oleh kakeknya dengan penuh kecintaan. Usia waktu itu mendekati 80 tahun.
Di sebabkan kasih sayang kakeknya, Abdul Muthalib, nabi Muhammad dapat hiburan dan dapat melupakan kemalangan nasibnya karena kematian ibunya. Tetapi, keadaan ini tidak lama berjalan, sebab baru saja berselang dua tahun ia merasa terhibur di bawa asuhan kakeknya, orang tua yang baik hati itu meninggal pula dalam usia 80 tahun. Muhammad pada waktu itu baru berusia 8 tahun
Sesuai dengan wasiat kakeknya, maka Muhammad diasuh oleh pamannya Abu Thalib. Kesungguhan dia mengasuh Nabi serta kasih sayang yang dicurahkan kepada keponakannya ini tidak kurang dari apa yang diberikannya kepada anaknya sendiri. Selama dalam asuhan kakek dan pamannya, Nabi Muhammad menunjukkan sikap yang terpuji dan selalu membantu meringankan kehidupan mereka.
Ketika berumur 12 tahun, Nabi Muhammad Saw, mengikuti pamannya Abu Thalib membawa barang-barang dagangannya ke Syam. Sebelum mencapai kota Syam, baru sampai ke Bushrah, bertemulah Abu Thalib dengan seorang pendeta Nasrani yang alim, Buhairah namanya. Pendeta itu melihat ada tanda-tanda kenabian pada diri Muhammad, maka dinasehatilah Abu Thalib agar segera membawa keponakannya itu pulang ke Mekah, sebab dia khawatir kalau-kalau Muhammad ditemukan oleh orang Yahudi yang pasti akan menganiayahnya. Abu Thalib segera menyelesaikan dagangannya dan kembali ke Mekah.
Nabi Muhammad Saw sebagaimana biasanya pada masa kanak-kanak itu, dia kembali ke pekerjaannya menggembala kambing, kambing keluarga dan kambing penduduk Mekah yang lain yang dipercayakan kepadanya. Pekerjaan menggembala kambing ini membuahkan didikan yang amat baik pada diri Nabi, karena pekerjaan ini memerlukan keuletan, kesabaran dan ketenangan serta keterampilan dalam tindakan. \
Di waktu nabi Muhammad saw berumur lebih kurang15 tahun, terjadilah peristiwa yang bersejarah bagi penduduk Mekah, yaitu terjadi peperangan antar suku Quraisy dan Kinanah di satu pihak, dengan suku Qais’Ailaan di lain pihak Nabi Muhammad  ikut aktif dalam peperangan ini memberikan bantuan kepada paman-pamannya dengan menyediakan keperluan peperangan.
Peperangan ini terjadi di daerah suci pada bulan-bulan suci pula yaitu pada bulan dzulqa’da. Menurut pandangan bangsa Arab peristiwa itu adalah pelanggaran terhadap kesucian, karena melanggar kesucian di bulan dzulqa’da, sebernarnya dilarang berkelahi berperang menumpahkan darah. Oleh karena demikian, peran tersebut dinamakan Harbul Fijar yang artinya perang yang memecahkan kesucian.
Meningkat masadewasa, Nabi Muhammad Saw, mulai berusaha sendiri dalam penghidupannya. Karena ia terkenal orang yang jujur, maka seorang janda kaya bernama Sitti Khadijah mempercayai beliau untuk membawa barang dagangannya ke Syam. Dalam perjalanan ke Syam ini, beliau ditemani oleh seorang pembantu sitti Khadijah yang bernama Maisarah. Setelah selesai menjualbelikan barang dagangan di Syam, dengan memperoleh laba yang tidak sedikit, mereka pun kembali ke Mekah.
Sesudah Nabi Muhammad saw pulang dari perjalanan ke Syam itu, datanglah lamaran dari pihak Sitti Khadijah kepada beliau, lalu ia menyampaikan hal itu kepada pamannya. Seyelah tercapai kata sepakat pernikahan pun dilangsungkan, pada waktu itu umur Nabi lebih kurang 25 tahun sedang Sitti Khadijah lebih kurang 40 tahun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar