Jumat, 26 Juni 2015

Masalah Pendidikan Sebabai Masalah Sosial



A.      Hakikat Pengertian Manusia
Hakikat manusia adalah seperangkat gagasan atau konsep yang mendasar tentang manusia dan makna eksistensi manusia di dunia. Pengertian hakikat manusia berkenaan dengan “prinsip adanya” manusia. Dengan kata lain, pengertian hakikat manusia menjadi apa yang terwujud, “sesuatu yang olehnya” manusia memiliki karakteristik yang khas “sesuatu yang olehnya” ia merupakan sebuah nilai yang unik, yang memiliki suatu martabat khusus[1].
Manusia menurut ilmu sosiologi, manusia adalah makhluk hidup, dan kehidupannya tidak dapat dipisahkan dari hidup berkelompok. Manusia sejak lahir sudah membutu
hkan kelompok atau orang lain. Kelompok sosial itu harus dipandang sebagai tabiat kejiwaan yang lebih tinggi dan lebih sesuai yang telah tumbuh dari satuan biologis.[2]
Manusia menurut ilmu filsuf, manusia adalah makhluk yang dapat berpikir, dan dengan berpikirnya manusia menunjukkan eksistensinya dan perannya. Pikiran manusia tidak ubahnya seperti bibit atau benih tanaman jika benih ini tumbuh di tempat yang subur, maka akan menghasilkan buah yang bermanfaat bagi dirinya dan bagi lingkungannya[3].
Menurut para filsuf bahwa manusia lahir dengan potensi kodrat berupa cita, rasa, dan karsa. Cipta adalah kemampuan spiritual yang secara khusus mempersoalkan nilai kebenaran. Rasa adalah kemampuan spiritual yang secara khusus mempersoalkan nilai keindahan. Sedangkan karsa adalah kemampuan spiritual yang secara khusus mempersoalkan nilai kebaikan. Dengan ketiga potensi itu manusia selalu terdorong untuk ingin tahu dan bahkan mendapatkan nilai-nilai kebenaran, keindahan dan kebaikan yang terkandung dalam segala sesuatu yang ada.
Selanjutnya, menurut para filsuf manusia merupakan makhluk yang berpengetahuan, juga sebagai makhluk yang berpendidikan. Dengan kemampuan pengetahuan yang benar, manusia berusaha menjaga dan mengembangkan kelangsungan hidupnya. Manusia berusaha mengamalkan pengetahuannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam perilaku sehari-hari, pengetahuan menjadi moral, dan kemudian menjadi etika kehidupan, sedemikian rupa sehingga perilaku adalah kecenderungan untuk dipertanggungjawabkan kelangsungan dan perkembangan hidup dan kehidupannya sepenuhnya.
Dengan pengetahuan dan pendidikan manusia menjadi makhluk yang berkebudayaan, dan berperadaban. Dengan kegiatan pendidikan dan pembelajaran, manusia mendapatkan ilmu pengetahuan yang sarat dengan nilai-nilai kebenaran baik yang universal, abstrak, teoritis, maupun praktis. Nilai kebenaran selanjutnya mendorong terbentuknya sikap dan perilaku yang arif dan berkeadilan.
Aspek-aspek hakikat manusia antara lain:
1.     Manusia sebagai makhluk tuhan. Manusia adalah subjek yang memiliki kesadaran dan penyadaran diri. Karena itu manusia sebagai subjek menyadari keberadaannya, ia mampu membedakan dirinya dengan sesuatu di luar dirinya.
2.     Manusia sebagai kesatuan badan dan roh. Terdapat paham mengenai aspek apakah yang esensial pada diri manusia, badannya atau jiwa/rohnya yaitu materialism, idealisme dan dualisme. 
3.     Manusia sebagai makhluk sosial. Masyarakat terbentuk dari individu-individu, maju mundurnya suatu masyarakat akan ditentukan oleh individu-individu yang membangunnya. Oleh karena itu manusia adalah pribadi dan adanya pengaruh hubungan timbal balik antara individu dan sesamanya maka idealnya situasi hubungan antara individu dengan sesamanya itu tidak merupakan hubungan antara subjek dan objek, melainkan subjek dengan subjek.
4.     Manusia sebagai makhluk individu. Manusia sebagai individu atau pribadi merupakan kenyataan yang rill dalam kesadaran manusia. sebagai individu manusia adalah satu kesatuan yang tak dapat dibagi, memiliki perbedaan dengan manusia lainnya sehingga bersifat unik, dan merupakan subjek otonom
5.     Manusia sebagai makhluk berbudaya. Manusia memiliki inisiatif dan kreatif menciptakan kebudayaan, hidup berbudaya dan membudaya. Kebudayaan bukan sesuatu yang ada di luar manusia, bahkan hakikat meliputi perbuatan manusia itu sendiri. Manusia tidak lepas dari kebudayaan, bahkan manusia itu baru menjadi manusia karena dan bersama kebudayaan.
B.       Pengertian pendidikan
Pendidikan menurut undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS yaitu Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.[4]
Pendidikan menurut John Dewey yaitu proses tanpa akhir. Dan pendidikan merupakan proses pembentukan kemampuan dasar yang fundamental.[5] Menurut Immanuel Kant, Pendidikan adalah proses yang menjadikan manusia yang seutuhnya, artinya manusia hanya dapat menjadi manusia karena dan oleh pendidikan[6]. Dari pendapat Kant itu, dapat disimpulkan bahwa manusia yang tidak dikenalkan dengan pendidikan bukanlah manusia yang seutuhnya, artinya manusia tidak dapat menjalankan fungsinya sebagai manusia tanpa adanya pendidikan.
Sedangkan menurut Ki Hajar Dewantara, Pendidikan yaitu tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.[7]
C.        Sistem Pendidikan Nasional
Dalam pengertian umum yang dimaksud dengan sistem adalah jumlah keseluruhan dari bagian-bagiannya yang saling bekerja sama untuk mencapai hasil yang diharapkan berdasarkan kebutuhan yang telah ditentukan. Secara teoritis, suatu sistem pendidikan terdiri dari komponen-komponen atau bagian-bagian yang menjadi inti dari proses pendidikan.[8]Adapun komponen atau faktor-faktor tersebut terdiri dari:
1.        Tujuan
Tujuan disebut juga cita-cita pendidikan berfungsi untuk memberikan arah terhadap semua kegiatan dalam proses pendidikan.
2.          Peserta didik
Fungsi dari peserta didik adalah sebagai objek dan sekaligus sebagai subjek pendidikan. Sebagai objek, peserta didik tersebut menerima perlakuan-perlakuan tertentu, tetapi dalam pendangan pendidikan modern, peserta didik lebih dekat dikatakan subjek atau pelaksanan pendidikan.

3.          Pendidik
Pendidik berfungsi sebagai pembimbing pengaruh, untuk menumbuhkan aktivitas peserta didik dan sekaligus sebagai pemegang tanggung jawab terhadap pelaksana pendidikan.
4.          Alat pendidikan
Maksudnya adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan yang berfungsi untuk mempermudah atau mempercepat tercapainya tujuan pendidikan.
5.          Lingkungan
Lingkungan yang dimaksudkan adalah lingkungan sekitar yang dengan sengaja digunakan sebagai alat dalam proses pendidikan. Lingkungan berfungsi sebagai wadah atau lapangan terlaksananya proses pendidikan[9].
                Masing-masing komponen dalam sistem pendidikan yaitu saling terkait satu sama lain. Bagaikan motor, tidak akan berfungsi sebagaimana fungsinya jika salah satu komponen dari motor itu tidak ada atau rusak. Seperti itulah pendidikan setiap komponen di dalamnya memiliki peran yang sangat urgent sehingga dapat tercapai fungsi dan tujuan pendidikan.
D.      Hubungan Manusia Dengan Komponen-komponen Pendidikan
Pembahasan tentang manusia amat erat kaitannya dengan pendidikan. Pendidikan dilakukan oleh manusia untuk manusia. Yakni yang menyelenggarakan pendidikan, yang bertugas mendidik, yang mengolah administrasi pendidikan, yang menjadi subjek dan objek pendidikan adalah manusia. Oleh karena itu pemahaman tentang manusia yang berada dalam berbagai posisi tersebut menjadi penting.
Dalam merumuskan berbagai komponen pendidikan, mulai dari visi, misi, tujuan, kurikulum, tenaga pengajar, kepemimpinan, pengolahan dan lingkungan senantiasa bertitik tolak dari pandangan atau pemikiran tentang manusia. Oleh karena itu menentukan tentang pandangan atau pemikiran tentang manusia ini menjadi amat penting.[10]
Hubungan antara konsep manusia dengan berbagai komponen pendidikan ini dapat dijelaskan secara singkat sebagai berikut:
1.        Visi, misi, tujuan dan hakikat pendidikan
Visi adalah jawaban dari pertanyaan kita akan menjadi apa? Sedangkan misi adalah jawaban atas pertanyaan apa yang dikerjakan? Kemudian tujuan adalah jawaban dari pertanyaan apa yang kan kita capai? Dan hakikat adalah jawaban dari pertanyaan apakah esensi masalah tersebut?
Dengan pertanyaan-pertanyaan tersebut dan dengan mengacu kepada penjelasan tentang manusia dengan berbagai potensinya itu, maka visi pendidikan adalah perkembangan pembangunan yang berkelanjutan. Visi ini sejalan dengan konsep manusia sebagai makhluk budaya yang memiliki citra, rasa, dan karsa. Dengan mengembangkan pembangunan yang berkelanjutan atau penciptaan kebudayaan yang berkelanjutan, maka dapat merasakan manfaat dari pendidikan tersebut. Untuk mengukurnya, ada tiga pilar yang bisa digunakan. Pilar pertama, lembaga pendidikan seharusnya memberikan anak didiknya pengetahuan seputar profesi ke mana setelah lulus? Bekerja sebagai apa? Dengan cara ini anak dapat secara ekonomis memperhitungkan masa depannya. Pilar kedua, adalah kebudayaan dan kemanusiaan. Sebuah lembaga pendidikan seharusnya mampu membuat anak didik berkebudayaan, berdemokrasi, dan menjunjung tinggi hak asasi manusia yang kini ditegakkan di dunia. Karakter ini dapat tercermin dari hal kecil. Dalam mengambil keputusan strategis misalnya, maka sekolah yang baik akan melibatkan anak didik dan orangtuanya. Pilar ketiga, adalah ekologi dan lingkungan. Sebuah lembaga pendidikan seharusnya menangkap semangat zaman yang sangat memperhatikan kondisi bumi. Artinya, penggunaan energi harus dibatasi, informasi seputar penyakit seperti HIV/AIDS disampaikan, dan pengetahuan tentang pemanasan global diberikan. Arif Rahman dalam bukunya merancang masa depan anak “yang saya inginkan dari sekolah bukanlah mengembangkan kemampuan otak siswa saja, tetapi juga kekuatan sikap. Salah satu kekuatan sikap yang babak belur di Indonesia adalah masalah kejujuran.”[11]
Jika visi dicermati dengan seksama, tampak sangat dipengaruhi oleh konsep-konsep manusia, yaitu sebagai makhluk yang harus bekerja dengan bekal pengetahuan dan keterampilan, harus mengembangkan citra, rasa, dan karsanya dengan berbudaya, memberikan perhatian dan kepedulian terhadap lingkungan nya, serta sebagai makhluk yang harus memiliki keseimbangan antara kecerdasan intelektual dan kecerdasan spiritual.
Sejalan dengan visi tersebut, maka yang harus dilakukan untuk menuju ketercapaian visi tersebut adalah 1) Mendekatkan diri anak secara spiritual kepada Allah, sehingga ia memiliki tujuan hidup jangka panjang, kehidupan yang bermakna, serta merasa diawasi oleh Allah Swt, senantiasa syukur dan ikhlas dalam menjalani kehidupan, baik dalam suka maupun duka. 2) Secara emosional membuat anak mempunyai kepribadian matang dan akhlak mulia. 3) Secara intelektual mencerdaskan dan memberikan keterampilan, serta 4) Secara sosial melati kemandirian dan menjadi anak warga negara Indonesia yang baik[12].
Sejalan dengan visi dan misi pendidikan tersebut di atas, maka tujuan pendidikan dapat dirumuskan sebagai usaha untuk mewujudkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang tergali, terbina dan terlatih potensi intelektual, spiritual, emosional, sosial, fisiknya, sehingga dapat menolong dirinya, masyarakat, bangsa dan negaranya. Dengan kata lain, bahwa tujuan pendidikan adalah membentuk manusia seutuhnya (insan kamil).
2.          Kurikulum pendidikan
Sejalan dengan konsep manusia, maka muatan kurikulum yang harus diberikan kepada peserta didik adalah mata pelajaran yang terkait dengan pengembangan intelektual dan keterampilan, materi yang terkait dengan pengembangan spiritual, materi yang terkait dengan pengembangan kecerdasan sosial, serta materi yang terkait dengan pembinaan fisiknya.[13]
Sehubungan dengan berbagai materi tersebut maka berbagai mata pelajaran yang harus diberikan kepada peserta didik adalah mata pelajaran yang terkait dengan pengembangan intelektual, seperti mata pelajaran logika, matematika, fisika, dan berbagai ilmu pengetahuan lainnya. Selanjutnya, berkenaan dengan materi yang terkait dengan pengembangan spiritual maka diberikan pelajaran agama, khususnya materi yang diberikan dengan keimanan, ibadah dan tasawuf. Adapun materi yang terkait dengan pengembangan emosional antara lain, mata pelajaran tentang estetika, sastra, akhlak mulia, khususnya tentang ajaran simpati dan empati. Dan pelajaran yang disajikan untuk Ibtidaiyah, Tsanawiyah, dan Aliyah berbeda sehingga ada tingkatan yang membedakan pembelajaran itu.
3.          Metode proses belajar mengajar
Proses belajar mengajar pada dasarnya adalah kegiatan interaksi komunikasi antara guru dan murid dalam rangka menyampaikan ilmu pengetahuan, wawasan dan sebagainya. Proses belajar mengajar yang baik adalah proses belajar mengajar yang menyenangkan, menggairahkan mencerahkan dan efektif. Untuk itu diperlukan pemahaman karakter jiwa anak didik. Pemahaman terhadap konsep jiwa manusia sangat membantu dalam merumuskan konsep metode proses belajar mengajar. Di dalam psikologi misalnya dijumpai aliran nativisme yang menekankan pada segi-segi pembawaan yang dibawa sejak lahir; aliran empirisme yang menekankan pengaruh lingkungan; dan aliran yang menekankan perpaduan antara pengaruh dalam diri anak dan lingkungan sekitar. Dari beberapa teori tersebut, maka akan lahir metode dan pendekatan dalam kegiatan belajar mengajar. Dari segi nativisme, akan lahir pelajaran yang berpusat pada guru, dengan menggunakan metode ceramah, teladan, bimbingan, dan nasihat. Dari teori empirisme akan lahir pendekatan yang berpusat pada siswa dengan metodenya seperti pemecahan masalah, penemuan, penugasan, dan sebagainya. Selanjutnya teori konvergensi akan


                [1] Abu Bakar Maming, Landasan-landasan pendidikan dasar (Cet.1; Watampone: Cipta Restu, 2012), h. 1
                [2] Abuddin Nata, Pemikiran Pendidikan Islam dan Barat, Ed. 1 (Cet.2;Jakarta:Rajawali Pers, 2013), h. 66
                [3] Ibid, h. 73
                [4] Republik Indonesia, Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS, Pasal 1; ayat 1
                [5] Op. Cit, h. 4
                [6]Sahabuddin, Mengajar dan Belajar, (Cet. 3; Makassar: UNM Makassar, 2007), h. 1
                [7]Hasbullah,  Dasar-dasar Pendidikan,  Ed.1, (Cet.4; Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005),  h. 4
                [8]Ibid, h. 123
                [9]Ibid, h. 123-124
                [10] Abuddin Nata, Pemikiran Pendidikan Islam dan Barat, Ed. 1 (Cet.2;Jakarta:Rajawali Pers, 2013), h. 63
                [11] Ibid
                [12] Ibid, h. 89
                [13] Ibid, h. 90

Sabtu, 25 Oktober 2014

Pemimpin-pemimpin Khulafaur Rasyidin



KHALIFAH ABU BAKAR ASH-SHIDDIQ
I.     PERKEMBANGAN ISLAM PADA MASA KHALIFAH ABU BAKAR RA
A.    Sifat dan Kepribadian Abu Bakar Ra
Abu Bakar di masa kecilnya bernama Abdullah, ia bergelar Abu Bakar sebelum beragama Islam dan tetap memakainya setelah masuk Islam.
Sejak masa kanak-kanak ia bersifat satria, jujur, berani serta rendah hati. Ia suka menolong dan cepat iba hatinya melihat sesama yang sengsara.
Pada masa kekuasaan Quraisy, ia sering membebaskan dan menebus harga budak-budak agar hidup merdeka. Terlepas dari belenggu dan cengkraman sesama manusia. Ini sifat Abu Bakar sejak zaman sebelum Islam. Abu Bakar tidak sampai sampai hatinya melihat sesuatu peningdasan. Ia memberontak secara diam-diam terhadap perbudakan dan penindasan dengan berbuat amal dan tindakan-tindakan yang positif tidak menimbulkan kecurigan pemuka-pemuka Quraisy.
Pada masa Islam perhatiannya ditujukan kepada kaum muslimin yang tertindas, terutama pembelaannya terhadap kebenaran Nabi Muhammad saw. Semua pengikut- pengikut Nabi selalu mendapat pembelaan dan bantuan dari Abu Bakar. Apa saja yang ia terima dari Nabi tentang wahyu, tentang Islam, selalu diimaninya setulus hati. Selalu ia benarkan denagn hati yang tulus semua yang diterimanya dari Rasulullah Saw. Oleh karena itu, maka Nabi saw memberi gelar Ash-Shiddiq.
Di waktu para shahabat dan pengikut Nabi saw dianiaya ia membebaskan mereka. Seperi Bilal bin Rabah ditebus oleh Nabi dan dibebaskan dari perbudakan di saat Bilal dianiaya oleh tuannya.
Abu Bakar secara diam-diam memiliki cara berfikir yang lebih maju dari pada pemimpin Quraisy lainnya. Kemajuan berfikir Abu Bakar memberi ia keleluasaan dalam bertindak. Terutama sekali setelah ia bergaul dan menerima Nabi saw sebagai orang yang diikuti dan dianuti.
Abu Bakar memiliki sikap yang pasti. Ia takut dikecam oleh pemuka Quraisy. Sifatnya tidak mencoba-coba. Ia beriman kepada Nabi dan keyakinan akal dan kekuatan rohani. Sehingga tumbuh keyakinan yang tidak goyah dan terombang-ambing dalam meyakini wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi saw.
Abu Bakar meyakini kenabian Nabi Muhammad saw dengan sesungguh-sungguhnya dalam peristiwa apapun. Oleh karena itu, ia Mencintai Nabi saw dan Nabi pun mencintainya. Beliau sudah mendampingi Nabi dalam keadaan suka dan duka. Abu Bakar sewaktu berada di Mekkah selalu bersama dengan Nabi, meraasakan apa yang dirasakan Nabi, membantu Nabi memenuhi kebutuhan beliau. Sewaktu Nabi berhijrah di Madinah Abu Bakar menyertai Nabi bersembunyi di Gua Tsur, dalam perjalanan hingga tiba di kota Madinah. Beliau pun ikut dalam beberapa peperangan mendapingi Nabi, Abu Bakar Ash-Shiddiq sangat cinta kepada Nabi, ia selalu berada di mana saja Nabi saw berada.
Ketika Nabi saw memerlukan biaya untuk membangun mesjid Madinah, Abu Bakarlah yang pertama-tama menawaarkan hal miliknya untuk pembangunan itu.
Ajaran Islam yang ia terima dari Nabi Muhammad saw, merasuk ke dalam jiwanya menjadi amal dan perjuangan seumur hidupnya. Ia sederhana dalam berkata-kata, sederhana dalam berbuat, tetapi tegas dalam tindakan.
Abu Bakar Sebagai Khalifah
Umat Islam bingun dan bimbang ketika mendengan Nabi Muhammad saw wafat. Mekkah dan Madinah menjadi goncang di saat iitu.
Berita wafatnya Rasulullah saw sampai ke masjid. Di sana telah banyak sahabat berkumpul. datangnya berita wafatnya Rasulullah laksana petir menyambar di siang hari cerah. Abu Bakar waktu itu tidak ada di dalam kota, ia sedang berpergian. Umar sedang berada di masjid, tetapi dalam keadaan bimbang. Umar marah-marah apabila mendengar orang menyebut Nabi Muhammad saw telah wafat. Ia tidak ingin hal itu terjadi. Masih banyak pekerjaan yang akan diselesaikan oleh Nabi, jadi tidak mungkin Nabi itu wafat saat ini, demikian pemikiran Umar bin Khattab.
Tetapi beberapa orang sahabat yang masih sadar akal pikirannya, tidak semata-mata emosi, cepat-cepat mencari Abu Bakar. Untuk memastikan kebenaran berita ini, hanya Abu Bakar sajalah yang dapat mengatasi. Mereka menjumpai Abu Bakar lalu menceritakan peristiwa yang sedang hangat dibicarakan orang. Abu Bakar membuktikan benar-benar Rasulullah telah berpulang ke Rahmatullah.
Abu Bakar telah menyaksikan keadaan Nabi saw sebenarnya, ia pun keluar menemui umat yang sedang menunggu beliau. Umar bin Khattab dan para sahabat lainnya masih berada di situ menunggu berita yang sesungguhnya. Walaupun Umar masih penasaran seakan-akan ingin membantah pula kebenaran berita itu, namun Abu Bakar dengan tenang meneruskan berita wafatnya Nabi Muhammad saw.   
Setelah Abu Bakar menutup maklumat wafatnya Nabi Muhammad saw dengan membacakan ayat Al-Qur’an Surah Ali-Imran 3: 144, yang berbunyi :
$tBur î£JptèC žwÎ) ×Aqßu ôs% ôMn=yz `ÏB Ï&Î#ö7s% ã@ߍ9$# 4 û'ïÎ*sùr& |N$¨B ÷rr& Ÿ@ÏFè% ÷Läêö6n=s)R$# #n?tã öNä3Î6»s)ôãr& 4 `tBur ó=Î=s)Ztƒ 4n?tã Ïmøt6É)tã `n=sù §ŽÛØtƒ ©!$# $\«øx© 3 Ìôfuyur ª!$# tûï̍Å6»¤±9$# ÇÊÍÍÈ  
“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang Rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika Dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, Maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi Balasan kepada orang-orang yang bersyukur.”
Setelah mendengar Abu Bakar membacakan kembali ayat tersebut, umat Islam kembali menjadi sadar. Umar bin Khattab berubah sama sekali seusai Abu Bakar membacakan ayat Al-Qur’an itu. Ia tidak berkutik. Ia bahkan roboh dan pingsan. Singa padang pasir itu lunglai menghadapi kebenaran Al-Qur’an, dan kenyataannya bahwa Nabi Muhammad saw benar-benar wafat. Barulah ia sadar bahwa ayat tentang wafatnya Rasulullah saw sudah ditetapkan dalam Al-Qur’anul Karim.
Suasana menjadi hening semuanya sadar bahwasanya tak mungkin karena mempertahankan keberangkatan Nabi saw menghadap yang Maha Agung, Allah saw.
Di tengah-tengah kerumunan kaum muslimin yang sudah menjadi tenang setelah Abu Bakar menyampaikan wafatnya Rasulullah saw, berada pula di sana Abu Ubaidah yang baru saja mengahadiri pertemuan sahabat-sahabat Anshar telah berhasil menunjuk Sa’ad bin Ubaidah sebagai salah seorang calon. Umar bin Khattab yang sudah sadar bahwa Nabi saw telah wafat mencegah terjadinya dua orang pemimpin Islam pengganti Nabi, yakni keinginan sahabat Anshar dan Muhajirin yang bermaksud masing-masing memiliki pemimpin sendiri.
Di saat memuncaknya pertikaian sahabat Anshar dan Muhajirin tentang kepemimpinan yang mereka inginkan. Dan setelah Abu Bakar memberi penjelasan tentang kelebihan masing-masing: Umar bin Khattab pun maju menjabat tangan Abu Bakar ra, langsung melantiknya menjadi Khalifah.
Umat memang yang sudah mempunyai pengaruh di antara Muhajirin dan Anshar tanpa ragu-ragu membai’at Abu Bakar ra dengan penuh kepercayaan atas nama umat. Semuanya menyetujui dan menerima pengangkatan itu. Mulai saat itu Abu Bakar Ash-Shiddiq resmi menjadi khalifah, sebagai pemipin umat Islam penerus tugas da’wah Islam. Kericuhan dapat diselesaikan dan terelakkan. Solidaritas Islam terpelihara dan ukhuwah islamiyah dijunjung tinggi.
B.     USAHA-USAHA ABU BAKAR RA
               Usaha Abu Bakar yang pertama kali ialah mengatur organisasi dan administrasi pemerintahan yang dianggapnya sangat penting dalam membantu lancarnya kekhalifaan. Di antaranya ialah pengaturan upah pegawai pemerintahan, pajak bagi orang-orang yang bukan Islam tetapi bernaung pada pemerintahan Islam. Memperhatikan nasib angkatan bersenjata dan menata kembali tugas-tugas dan meningkatkan kemampuan dan daya juang, serta latihan-latihan kemiliteran.
C.    MENUMPAS ORANG-ORANG YANG MURTAD
               Di awal pemerintah khalifah Abu Bakar, beberapa Suku Arab yang masuk Islam karena terpaksa situasi. Mereka merasa takut karena banyak-banyak suku lain yang telah manjadi pengikut setia Nabi Muhammad saw mereka pun ikut-ikut karena khawatir dikucilkan oleh masyarakat Islam yang sudah menjadi besar saat itu.
               Disampaing itu ada juga yang masuk Islam karena malu kepada Nabi saw, yang dulu pernah meraka hina, kini menjadi pemimpin bangsa Arab seluruhnya.
               Orang-orang ini bermacam-macam kabilah, ketika mengetahui Nabi saw telah wafat mereka pun kembali kepada agama dan kepercayaan jahiliyah (murtad).
a.       Mereka sudah tidak lagi memenuhi kewajiban membayar zakat seperti pernah mereka taati sewaktu hidupnya Nabi saw.
b.      Mereka menganggap nama Islam adalah kekuasaan suku Quraisy yang memaksakan mereka.
c.       pada waktu itu timbul Nabi palsu yang melemahkan pendirian mereka yang memang masih lemah.
Menghadapi kaum murtad ini Abu Bakar bersikap tegas. Ia tidak menunda-nunda waktu, langsung menumpas orang-orang murtad itu sampai keakar-akarnya. Kewibawaan Islam dikukuhkan kembali. Arabia tetap tunduk kepada khalifah dengan ibu negara Madinah.
II.  KEMAJUAN-KEMAJUAN ISLAM DI MASA KHALIFAH ABU BAKAR
               Masa kekhalifaan Abu Bakar Ash-Siddiq ra, adalah masa yang paling sulit dan menentukan kelancaran da’wa Islam di kemudian hari. Ia menghadapi beberapa pemberontakan dan penyesatan iman Islam. Di samping keretakan di antara golongan yang ada dan sangat mempengaruhi stabilitas negara dan idiologi Islam.
               Tumbuhnya nabi-nabi palsu di masa itu mengakibatkan khalifah mensita waktunya untuk menghacurkan nabi-nabi palsu dengan bala tentaranya masing-masing. Akibatnya banyak shahabat yang gugur, termasuk para sahabat penghafal Al-Qur’an yang ikut berperang melawan nabi-nabi palsu itu. Terutama ketika pertempuran Yamamah menghadapi Musailamah al Kazzab (Musailamah si pendusta) yang mengaku menjadi Nabi. Waktu itu banyak para sahabat penghafal Al-Qur’an yang gugur.
               Kekhawatiran makin berkurang pada hafidz akibat syahidnya mereka menjadi medan jihad, ada pula yang semakin tua sehingga hafalan mereka pun menyusut, maka sahabat Umar bin Khattab meminta perhatian Abu Bakar (khalifah 1) agar berikhtiar menjaga kesucian kitab suci Al-Qur’an.
A.    PENGUMPULAN AYAT-AYAT AL-QUR’AN
Usaha mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur’an dari catatan-catatan yang masih tersebar di tangan para shahabat, terutama catatan dari sekertaris Nabi saw, yang sejak turunnya Al-Qur’an dipercayakan oleh Nabi saw untuk mencatat ayat-ayat yang turun. Catatan ayat-ayat Al-Qur’an ini sejak awal diserahkan kepada sahabat Zaid bin Tsabit (sekertaris Nabi saw). catatan-catatan itu bisa ditemukan di pelapah-pelapah kurma, Kulit-kulit binatang dan lain-lain yang masih tersimpan lengkap oleh Zaid bin Tsabit.
Selain itu, para sahabat pengahafal Al-Qur’an yang masih hidup dapat menguji kebenaran cataan-catatan yang masih ada, dicocokkan dengan hafalan para hafidz tersebut. Dengan cara-cara seperti ini kesucian dak keautentikan al-qur’an terpelihara dengan rapi.
               Khalifah Abu Bakar setelah mengadakan rapat musyawarah dengan sahabat-sahabat yang pernah ditugaskan oleh Nabi saw mencatat dan menghafal ayat-ayat Al-Qur’an. Putusannya adalah agar secepatnya menghimpun kembali ayat-ayat Al-Qur’an  menjadi suatu mushaf. Pedoman pelaksanaanya sesuai dengan petunjuk-petunjuk yang pernah dilaksanakan di masa Nabi saw. Dengan sangat hati-hati Zaid bin Tsabit, dan para sahabat dapat menyelesaikan tugasnya dalam tempo satu tahun.
Itulah mushaf pertama dalam Islam. Mushaf ini disimpan oleh Abu Bakar. Setelah Abu bakar Wafat disimpan oleh khalifat Umar bin Khattab.
B.     USAHA PERLUASAN PENYEBARAN AGAMA ISLAM
1.      Meneruskan ekspedisi Usamah bin Zaid ke Mut’ah menaklukkan Romawi. Ekspedisi Usmah ini berhenti setelah mendengar Nabi saw wafat. Pasukan Zaid dikirim oleh Abu Bakar ke Balqa’ dekat Mut’ah Romawi. tentara Islam mendapat kemenangan setelah bertempur selama empat puluh hari.
2.      Ekspedisi kedua ke Irak. Jendral Khalid bin Walid sebagai penglima perangnya. Khalid dapat menguasai Irak, sedangkan tentara Persia yang menguasai Irak dapat diporak-porandakan oleh Khalik. Kota Hirah dan Anbar dapat dikuasai tentara Islam.
3.      Ekspedisi ke Syiria, dipimpi oleh empat orang panglima, yakni Amr bin Ash menuju Palestina,
Pemimpin Yazid bin Abu Sofyan menuju Damaskus.
Pimpinan Abu Ubaidah menuju Hims.
Pimpinan Syarahbil bin Hasamah menuju Yordania. Jumlah seluruh tentara Islam 36.000 personel.
Pasukan Islam yang sedang berkumpul di Yarmuk mendengar berita, bahwa tentara Syiria sedang bergerak menuju Yarmuk, atas perinta Heraclius untuk mengempur tentara Islam. Jumlah tentara Syiria 80.000 personel di bawah pimpinan Mahan  Al-Armani. Tentara Syiah ini pun di bantu oleh 60.000 personel dari pasukan kerajaan Ghassaniah, di tambah pula dengan pasukan Romawi.
Panglima Khalid bin Walid rupanya tidak gentar menghadapi kekuatan lawan yang berkali lipat itu, setelah khalifah menunjuknya strategi. Tentara Islam dibagi dalam empat posisi untuk beberapa penjuru medan, siasat ini berhasil dan tentara Islam menang.
Sementara pertempuran sedang berlangsung terdengar berita khalifah Abu Bakar wafat dan Umar bin Khattab di angkat menjadi khalifat. Khalid pun di ganti oleh Ubaidah.
Khalifah Abu Bakar wafat pada tahun 13 H dalam usia 63 tahun. Khalifah di makamkan bersebelahan makam Rasulullah saw di Madinah.

KHALIFAH UMAR BIN KHATTAB
A.  SIFAT DAN KEPRIBADIAN UMAR BIN KHATTAB
               Umar dilahirkan pada tahun 586 M dari keluarga Quraisy keturunan Addyah. Ia bergelar Abu Hafs. Setelah menjadi pengikut Rasulullah saw ia digelari nama Al-Faruq (Umar Al-Faruq).
Masa remajanya ia terkenal dengan keterampilan bela diri (bergulat) dan mahir berpidato. Ia juga terampil menggunakan alat-alat perang, seperti panah, pedang. Cekatan di atas kuda, sangat berani dan tangkas.
Umar masuk Islam tidak secara kebetulan, akan tetapi ia mempelajari sifat-sifat Muhammad dan mengenal pribadi Nabi saw dengan baik. Umar termasuk orang yang mengenal huruf (membaca dan menulis) oleh karena itu ia tahu benar sifat dan pribadi seseorang, jujur dan dusta, kuat dan lemah, baik kawan atau lawan.
Dengan demikian tidak mustahir Umar faham benar Sastra Arab, Puisi dan Prosanya. Inilah salah satu sebab ia masuk Islam setelah medengar adiknya masuk islam dan kebetulan sedang mencarinya dan menemukan adiknya sedang membaca beberapa ayat Al-Qur’an  (awal dari Surah Ath-Thoha). Ayat ini rupanya telah menggerakkan hatinya lalu menjumpai Rasulullah yang sedang mengajarkan ajaran Islam di darul Arqam (rumah salah seorang sahabat yang bernama Arqam bin abil Arqam).
Umar sangat berkemauan keras, cerdas, dan cepat bertindak. Apa yang ia inginkan cepat dilaksanakan. Suka membela kebenaran dan berani tampil membela sesuatu yang telah ia yakini kebenarannya. Inilah sebabnya mengapa ketika ia hijrah diumumkan sendiri di depan orang-orang Quraisy.
B.     USAHA PERLUASAN DAERAH ISLAM MASA KHALIFAH UMAR BIN KHATTAB
Seperti Abu Bakar ra, maka Umar bin Khattab sebagai khalifat pengganti Abu Bakar, tetap meneruskan program politik Abu Bakar Ash-Shiddiq. Dalam waktu singkat Umar daat menaklukkan dua negara adikuasa waktu itu yakni Romawi dan Persi.
Umar bin Khattab mengaku jabatan khalifah mulai tahun 13 H sampai denagn 23 H.
Daerah penaklukkan Islam pada zaman Umar bin Khattab antara lain:
1.            Ekspedisi ke Persia, di bawah pimpinan Sa’ad bin Abi Waqash dengan 8.000 personel berhadapan dengan kekuatan Persia yang penglima perannya yang bernama Rustam. Pasukan Persia berjumlah 30.000 personel. Pasukan Islam dengan semangat iman dan jihat Islam bertempur habis-habisan karena jumlah yang tidak seimbang. Namun demikian tentara Islam memperoleh kemenangan.
Ekspedisi pesukan Islam ke Persia di lanjutkan oleh panglima Nu’man Muqarrin Al- Mazani dan menaklukkan beberapa kota penting. Boleh di katakan seluruh Persia telah jatuh ketangan umat Islam.
2.      Ekspedisi ke Romawi
Theodore, saudara laki-laki Hercules pada tahun 13, bersama 100.000 anak buahnya tentara Romawi dan suatu tempat yang bernama Ajnadin, berhadapan dengan pasukan Islam, dengan jumlah 30.000 personel. Tentara romawi dapat di kalahkan, lari meninggalkan mayat tentara Romawi berjumlah 50.000 orang.
3.      Ekspedisi ke Mesir
Ekspedisi tentara Islam ke Mesir bukan tanpa perhitungan. Sejak zaman khalifah Abu Bakar pun niat untuk memperluas Islam ke mesir sudah di persiapkan. Karena penaklukan Mesir mempunyai arti yang besar bagi perkembangan  agama Islam di kemudian hari. Selain itu Mesir adalah negara kaya hasil gandum dan beras. Menaklukkan Mesir berarti akan membawa kesejahteraan bagi umat islam. di Mesir mengalir Sungai Nil yang membawa kelimpiahan reseki, dan limbun kemakmuran.
   Bangsa Romawi sudah menaklukkan Mesir sejak 30 tahun sebelum Masehi di masa Kaisar Agustus.
Pasukan Islam di waktu menyerbu Mesir dipimpin oleh Jendral Amru bin Ash dengan membawa 4000 tentara. Selama tujuh bulan benteng Fustat di Mesir dikepung Amru bersama tentara Islam, dan dapat direbut. Kota Iskandaria pun dapat direbut oleh tentara Islam, pada tahun 20 H/640 M,  seluruh wilayah Mesir dikuasai oleh tentara Islam.
C.  KEMAJUAN-KEMAJUAN DALAM BIDANG KEMASYARAKATAN DI MASA KHALIFAH UMAR.
               Khalifah Umar bin Khattab adalah sumber dari beberapa tatanan administrasi pemerintahan negara. Umarlah yang mulai mengatur sistem pemerintahan Islam. Politik dan demokrasi, administrasi dan pembagian daerah, serta peraturan-peraturan hubungan antara pusat pemerintahan dengan daerah-daerah.
               Di masa khalfah Umar bin Khattab ditentukan jawatan yang mengurus masalah keamanan masyarakat, yakni kepolisian. Penataan kependudukan dan sensus penduduk pun di laksanakan.
               Khalifah Umar jualah yang mulai merencanakan adanya sistem almanak menurut Tahun Qomariah (Tahun Hijriah).
               Pengatur kembali lembaga yudikatif (kehakiman) dan pengangkatan hakim di daerah-daerah yang dipisahkan dari kekuasaan gubernur (ekskekutif). Khalifah Umar pun telah memakai sistem majlis syurah, sebagi lembaga perwakilan rakyat (legislatif).
               Di mulai pula perkenalan mata uang, dan bea masuk bagi import barang. Bidang kesehatan pun diperhatikan.
               Hubungan antara satu daerah dengan daerah lain, dan antara negara dan diperhatikan dengan membuka kantor pos. Diadakan pula pasukan penjaga pembatasan negara dan membangun asrama tentara.
               Di samping itu Masjidil Haram makin  diperluas karena umat Islam semakain banyak.



KHALIFAH USTMAN BIN AFFAN RA
A.      Sifat dan pribadi ustman bin affan
Ustman bin Affan ra adalah salah seorang sahabat Nabi saw yang terdekat. Karena ia adalah di antara sahabat utama dan orang pertama yang mengikuti penggilan Nabi kepada Islam.
            Ustman lahir pada tahun 573 M, yakni lima tahun sebelum Nabi saw lahir. Gelarnya sebelum Islam adalah Abu Amar. Setelah Islam ia digelari Zun Nuraini, karena ia mengawini anak perempuan Rasulullah saw.
Masuknya Islam Ustman bin Affan melalui mimpi, karena di waktu tidurnya terdengar panggilan untuknya: “bangunlah, hai orang yang sedang tidur, Ahmad sudah lahir di Mekkah”. Di saat itu Muhammad saw telah menyiarkan Islam. Ia yakin pada mimpinya itu. Langsung saja ia menyatakan Keislamannya itu kepada Nabi saw.
            Ustman bi Affan adalah orang yang sangat perasa. Kemanusiaannya sangat kuat. Ia taat, rajin beribadah dan jujur. Sederhana adalah kebiasaan hidupnya, walaupun ia termasuk hartawan.
Ustman sangat memperhatikan keadaan ekonomi umat Islam. Ia sendiri adalah saudagar yang sukses. Ia sanagt cinta kepada saudara-saudaranya sesama Islam, ia memberikan segala-galanya untuk islam, bahkan jiwanya sendiri.
            Kesadaran agama yang sangat tinggi, solidaritas sosial pun demikian. Pembelaannya terhadap Nabi dan Islam dilaksanakan dengan penuh ikhlas sampai akhir hayatnya.
            Walaupun telah menjadi khalifah ia tidak mengambil bagian upah untuk dirinya. Ia termasuk hartawan dan ahli ekonomi pada masa itu. Ia mengunakan sebagian besar hartanya untuk pembiayaan tentara Islam dan pembangunan masyarakat Islam. Ia telah memberikan untuk kelengkapan tentara islam 950 unta dan uang 1000 dihram. Untuk pembangunan dan kesejahteraan umat Islam ia telah menyerahkan 20.000 dihram.
            Sahabat Ustman bin Affan, terpilih menjadi khalifah di antaranya enam orang calon. Keenam calon itu sendiri saling mencalonkan diantara mereka, karena masing-masing tidak berambisi untuk menjadi khalifah. Keenam calon ini dipersiapkan oleh kahlifah ke 2 (Umar bin Khattab) sebelum ia wafat. Keenam calon kahlifah itu di antaranya, Ali bin Abi Thalib, Ustman bin Affan, Sa’ad bin Abi Waqash, Talhah bin Ubaidillah, dan Abudurrahman bin Auf. Karena saling menunjuk dan menunggu, maka sahabat Abudurrahman bin Auf mengambil kebijaksanaan untuk bermusyawarah dan memberi wewenang kepadanya untuk menentukan. Ia pun bermusyawarah dengan beberapa sahabat terkemuka lainnya. Akhirnya semua sahabat bersama enam orang calon mufakat mengangkat Ustman bin Affan sebagai khalifah ke 3 (24 H-35H)
B.       PERKEMBANGAN DAN PERLUASAN DAERAH ISLAM DI MASA KHALIAFAH USMAN BIN AFFAN
1.      Mempertahankan Wilayah
Ketika khalifah Umar meninggal timbul pemberontakan di beberapa wilayah kekuasaan Islam, yakni Persia dan Mesir. Khalifah Ustman bertekad akan tetap mempertahankan wilayah kekuasaan Islam itu telah dicapai pada masa khalifah ke 2.
Setelah enam bulan khalifah ke 2 wafat, timbul pemberontakan di Persia. Raja Persia yang bernama Yazdeyird, yang sedang berada di pembuangan, telah menghasut sisa-sisa jendral Persia yang belum tunduk kepada Islam untuk memberontak.
Khalifah ke 3 (Ustman bin Affan) dalam menghadapi pemberontakan bersifat tegas mempertahankan wilayah kekuasaan Islam. Pemberontakan Persia dipadamkan dengan tangan besi, sehingga wilayah kekuasaan Islam ini utuh kembali. Bahkan beberapa daerah di sekitar persia seperti Turkistan, Afganistan, Armenia, tunduk dan masuk menjadi wilayah Islam.
Setelah Pesia dapat dipulihkan kembali, Romawi yang dibantu tentara Persia, rupanya berkeinginan merebut kembali Mesir dari tangan Islam. Tahun ke 26 H/646 M serdadu Romawi menyerbu mesir dan mendarat di pelabuhan Iskandaria. Mereka dapat menguasai kota itu kembali. Jendral Amru bin Ash bertindak cepat, sehigga kota pelabuhan Iskandaria dapat direbut kembali . kekuasaan wilayah Mesir pun tetap utuh.
Di samping dapat mempertahanlan Mesir, khalifah menggerakkan angkatan lautnya di bawah pimpinan Muawiyah bin Abi Sofyan menguasai beberapa wilayah di Afrika. Beberapa daerah Afrika dapat direbut sampai ke Tripoli (sekarang ibu kota Libia)
Ekspedisi Abi Sofyan pun menguasai pulau Cyprus, yang akhirnya masuk ke wilayah kekuasaan Islam.
2.      Ekspansi wilayah Islam
Pada masa kekuasaan khalifah Ustman bin Affan kekuasaan Islam sudah terbentang dari Afrika melalui Romawi hingga wilayah Asia, Persia, Turki, Afganistan dan pulau Cyprus. Kelak dari wilayah-wilayah inilah Islam akan tersebar ke seluruh plosok dunia. Dari Mesir menyebar ke seluruh Afrika. Dari Persia (Irak sekarang), Turki menyebar ke Rusia, India dan Indonesia. Dari Romawi menembus wilayah negara-negara Barat, kearah pegunungan Pirinea masuk dan menguasai wilayah Spanyol.
Pada masa khalifah Ustman itu  pula mulai diperkenalkan armada laut Islam yang kan memperkuat angkatan perang Islam dan melancarkan ekspansi wilayah kekuasaan Islam.
3.      Kemajuan di Masa Pemerintahan Khalifat Ustman bin Affan
a.       Mushaf Ustmani
Kemajuan yang paling menonjol di masa khalifah Ustman bin Affan ialah membukukan Al-Qur’an setelah terhimpun pada masa khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq
Himpunan ayat-ayat Al-Qur’an pada masa khalifah Ustman bin Affan disesuaikan dengan aslinya paa waktu Nabi Muhammad saw, yang telah dimulai sejak masa khalifah pertama.
Pembukuan Al-Qur’an, berhubungan pula dengan terjadinya perbedaan dialeg pembacaan Al-Qur’an antara masyarakat Arab dan bermacam-macam daerah dan wilayah di luar Arab.
Maka dibukukanlah oleh khalifah Ustman bin Affan bersama para ahli dari golongan sahabat agar pembecaan ayat-ayat Al-Qur’an, dapat disegerakan di antara wilayah kekuasaan Islam yang telah berkembang.
Khalifah meminta kumpulan tulisan Al-Qur’an yang sudah terhimpun di masa Abu Bakar yang sementara di simpan di rumah istri Rasulullah Sayidah Hafsa ra. Inilah naskah autentik yang ada.
Naskah autenttik ini perintahkan agar disalin kembali menjadi tujuh buah kitab yang serupa. Tugas ini dipikulkan kepada Zaid bin Tsabit, abdullah bin zubair, Sa’id bin Ash dan Abdurrahman bin Harits sebagai team penyalin.
Ketujuh kitab ini dikirimkan oleh khalifah ke pusat-pusat pemerintah daerah, seperti Kufah, Syam, dan daerah-daerah luar Arab lainnya.
Kumpulan ayat-ayat dari naskah outentik ini terkenal dengan nama Mushhaf Ustmani
b.      Bidang kemasyarakatan
Khalifah ke 3 ini, tidak merubah sistem pemerintah di masa umar bin khattab. Majlis Syurah dipertahankan. Demikian juga beberapa depatemen sejak zaman khaliafah Umar tetap berjalan seperti biasa.
Pembangunan di masa utsman bin affan juga di tambah. Jalan-jalan ditambah dan diperluas. Kota-kota diperindah. Ilmu pengetahuan berkembang dengan masuknya buku-buku ilmu pengetahuan dari Romawi dan Persi. Perdagangan pesat, sehingga di bangunlah rumah-rumah penginapan untuk tempat bermalam pedagang-pedagang dan tamu-tamu.
Untuk melindungi kota Madinah dari banjir di buatkan waduk. Untuk pertanian, dibangun pula saluran air, di dalam kota Madinah.


KHALIFAH ALI BIN ABI THALIB
A.    SIFAT DAN KEPRIIBADIAN ALI BIN ABU THALIB
Khalifah keempat ini adalah anak dari  paman Nabi Muhammad saw. Nama lengkapnya adalah Ali bin Abi Thalib bin Hasyim. Ali bin abi Thalib dilahirkan sepuluh tahun sebelum kenabian Nabi Muhammad. Nama panggilan ketika kecil adalah Abu Thurab.
Ali tinggal bersama Nabi saw dalam pengasuhan Abu Thalib. Selanjutnya setelah Abu Thalib wafat ia langsung diwabah asuhan Nabi Muhammad saw. Rasulullah sangat mencintai ali Sebagai anaknya sendiri.
Ali bin Abi Thalib lahir pada tahun ke-32 H. Ketika Rasulullah setelah diangkat jadi Nabi, Ali berusia delapan tahun, maka ali adalah pemudah pertama pengikut nabi saw.
Ali bin Abi Thalib tentu saja  pemuda yang bersih dan tidak mengenal ajaran-ajaran Jahiliyah. Pada waktu itu ali berusia 13 tahun. Ia adalah orang yang pertama-tama mendirikan shalat bersama Nabi. Ia tumbuh menjadi dewasa dalam didikan dan asuhan Nabi saw. Ali mengenal sekali pribadi dan sifat Nabi saw serta kehidupan Nabi saw sehari-hari. Sehingga boleh dikatakan ia mendapat berkat dari jiwa Rasulullah saw baik itu watak dan jiwanya, tingkah laku dan sifatnya tercermin dari hidupnya Nabi saw.  
Sifatnya sederhana dan suka berusaha sendiri untuk memperoleh nafkah beliau mengajarkan bermacam-macam usaha.
Sifatnya sangat tabah, tetapi selalu waspada dan bertanggung jawab. Ia termasuk pemuda yang shaleh dan cerdas. Ia menguasai beberapa ilmu pengetahuan, dan banyak menghafal hadis-hadis Rasulullah saw. Demikian juga beliau ahli dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an.
Karena keahliannya dalam berbagai bidang ilmu, maka ia mendapat gelar “Babul Ilm” (gerbang ilmu pengetahuan).
Ali bin Abi Thalib termasuk pemuda yang pemberani, kokoh tubuhnya dan kuat jiwanya, rendah hatinya dan pemaaf. Dalam pertempuran bersama Nabi saw ia selalu berada di samping Nabi saw, langsung menjadi perisai Rasulullah saw. Dalam beberapa pertempuran Ali bin Abi Thalib lebih suka mengadakan perang tanding satu lawan satu.
B.     KEMAJUAN ISLAM DI MASA KHALIFAH ALI BIN ABI THALIB
1.        Menyempurnakan Hasil Usaha Khalifah Utsman bin Affan
Masa khalifah Ali bin Abi Thalib ditandai dengan pemberontakan-pemberontakan yang dahsyat. Ia tetap melanjutkan  program perjuangan di waktu khalifah ke 3. Bahkan penyebaran Islam di luar tanah Arab dilaksanakannya memasuki negeri Industan (India).
Walaupun tidak banyak kemajuan pembangaunan Islam pada masa Ali bin Abi Thalib karena kesibukan menghadapai pemberontakan dalam Negeri Islam, khalifah tetap mempertahankan kemajuan yang telah dicapai pada masa Utsman bin Affan.
Khalifah Ali bin Abi Thalib pun telah berusaha memadamkan beberapa pemberontakan yang terus menerus dari orang-orang yang berambisi menggantikan beliau, dan orang-orang munafik, namun pemberontakan semakin meluas karena ambisi dan kedengkian.
Pada masa itu telah timbul pula golongan-golongan dalam negeri Islam sendiri yang pro dan kontra terhadap pemerintahan khalifah Ali bin Abi thalib.di antara ketiga golongan itu adalah golongan Ali sendiri, golongan Mu’awiyah dan golongan Aisyah. Ketiga golongan ini saling bertentangan satu sama lainnya. Meskipun demikian golongan Aisyah dapat dilumpuhkan oleh Ali. Selanjutnya dalam masa yang sangat panjang pertentangan terjadi antara golongan Ali bin Abi Thalib dan golongan Mu’awiyah.
2.        Waqatul jamal
Adapun pemberontakan yang dipimpin Aisyah, Thalhah dan Zubair, maksudnya ialah meminta kepada khalifah Ali bin Abi Thalib agar terbunuhnya Ustman bin Affan sewaktu ia menjadi khalifah ke 3 secepatnya diadili oleh khalifah Ali. Tetapi salah faham tentang hal itu sehingga berhadapanlah tentara ali dangan pasukan Aisyah di kota Bashrah (syiria). Pertempuran ini dikenal dengan waqqatul Jamal (perang unta) karena Siti aisyah dalam pertempuran itu menunggang Unta. Pertempuran ini dimenangkan oleh tentara Ali bin Abi thalib. Siti Aisyah diselamatjan dan diantar dengan penuh kehormatan kembali ke Mekkah.
3.    Peran Siffin
Pertempuran Siffin ini terjadi di Syiria. Karena Siffin adalah termasuk daerah Syiriah.
Peperangan ini pun sifatnya dan sebabnya sama dengan perang jamal. Khalifah Ali memenagkan pertempuran ini. Akan tetapi Mu’awiyah meminta agar khalifah menempuh jalan perdamaian. Usul ini diterima oleh khalifah Ali demi persatuan Islam. Tetapi sayang sekali usul perdamaian ini hanya tipu muslihat Mu’awiyah saja. Khalifah Ali bin Abi Thalib sebagai seorang yang shaleh dan memang sejak semula tidak berambisi menjadi khalifah menerima begitu saja. Mu’awiyah pun diangkat menjadi khalifah diantara suasana-suasana terpecah-pecahnya umat Islam.
4.        Sepeninggal Ali bin Abi Thalib
Khalifah Ali sendiri wafat di Kufah waktu diserang oleh kaum pemberontak yakni kaum Khawarij di saat itu beliau akan berangkan shalat subuh. Karena luka-luka yang di deritanya khalifah Ali tewas pada tanggal 17 Ramadhan tahun 40 H/660M, setelah memerintah selama 6 tahun.
Setelah wafatnya khalifah Ali bin Abi Thalib, dunia Islam terpecah-pecah oleh kekuatan politik yang memilkirkan kepentingan dan golongan sendiri.
Meskipun setelah wafatnya khalifah ke empat itu, telah di angkat pula penggantinga yaitu khalifah Hasan bin Ali, namun situasi dan kondisi sudah cukup parah. Karena khalifah hasan pun memperoleh nasib yang sama dengan ayahnya.
Golongan politik yang saling bertentangan, dan saling mencari pengaruh waktu itu antara lain kaum Khawarij yang melawan Mu’awiyah dan tidak menganggap Mu’awiyah sebagi khalifah.
Golongan Syiah sebagai pendukung Ali bin Abi Thalib. Golongan yang hanya menganggap keturunan Ali bin Abi Thalib sajalah yang patut menduduki kekhalifaan.
Golongan Murji’ah yang hanya mendukung Mu’awiyah dan turunan bani Ummayah yang berhak menjadi khalifah.